proyek cerita fiksi "Keteguhan"

 Cerita akan berkisah tentang seorang siswa kelas VII SMP (Saka) yang berjuang melawan virus COVID 19 sekaligus berjuang menghadapi Penilaian Tengah Semester yang akan datang

Tokoh utama bernama Saka Permana, wataknya pandai, gampang berteman, karismatik tetapi ceroboh. Begitulah ia terpapar dan tertular COVID 19

Tokoh pendamping 1 adalah wali kelas Saka yang bernama Aminah Fahriani yang biasa dipanggil Bu Ani wataknya penyayang, baik namun kadang sulit menjelaskan pelajaran yang rumit

Tokoh pendamping 2 adalah teman Saka yang bernama Andhika Faarih. wataknya pendiam, sabar namun sulit bergaul

Orientasi

Pagi hari Kamis di SMP Mulia Cerdas, matahari baru muncul selama setengah jam. Namun, murid murid sudah berdatangan. Diantaranya ada Saka yang datang dengan mobil pribadi, walau biasanya memakai jemputan. Sekolah sepi karena ada kebijakan yang mengharuskan sekolah memperbolehkan hanya 50 persen dari semua muridnya datang ke sekolah atau hanya 17 orang per kelas yang awalnya 35 murid. Semua murid juga diharuskan memakai dua lapis masker atau satu lapis masker tapi dengan face shield.

Memasuki gerbang, Saka menyapa dan memberi salam guru guru kelas 7, 8 dan 9 dengan menangkupkan kedua tangan didepan dada. Disitu juga terlihat Bu Ani, memakai baju batik dengan kerudung coklat, seperti ibu guru lainnya. "Assalamualaikum bu.."sapa Saka."Waalaikumsalam Saka," jawab Bu Ani sambil tersenyum dibalik dua lapis masker. Berjalan menuju kelasnya di lantai dasar yaitu kelas 7H, Saka berpapasan dengan Andhika yang belajar di kelas 7D."Halo Saka," sapa Andhika. "Halooo" balas Saka. Lalu mereka menuju kelas masing masing.

Sesampainya di kelas 7H, Saka duduk di bangku yang sudah ditentukan berdasarkan nomor absen. Ia duduk di bangku nomor 11. Sebelahnya, yaitu nomor 12 direkatkan dua potong lakban warna merah yang saling menyilang. Tak lama berselang, teman-temannya datang dan Saka segera menyapa mereka. Sebelum pelajaran pertama semua murid menyiapkan buku pelajaran masing masing, serta laptop dan alat tulis. Pelajaran pertama dimulai dengan datangnya bu Ani, guru IPA bagi kelas 7 di sekolah itu.

Komplikasi

"Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh" Sambut bu Ani.. "Waalaikumsalam bu," semua murid serentak menjawab. "Hari ini adalah pertemuan terakhir kita sebelum PAS,jadi kita akan me-review pelajaran pelajaran yaaa" ucap bu Ani."Bab apa aja anak anak?" timpalnya."bab mikroorganisme dan klasifikasi makhluk hidup bu," murid murid menjawab. "oke, kita mulai ya" balas bu Ani."baik bu," kata semuanya bersamaan. Satu-persatu siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan bu Ani. Semua soal dapat dijawab dengan baik oleh Saka dan kawan kawan.

Jam pelajaran kedua seharusnya diisi oleh pak Seto, yang juga merupakan guru Bahasa Indonesia. Kekosongan melada kelas selama 30 menit. Lalu dari pintu masuk kelas datang lagi bu Ani. Ia pun berkata "halo lagi, anak anak, loh pak Seto dimana?" ucap bu Ani. Murid murid menjawab "tidak tahu bu, kelas kita sudah kosong sejak 30 menit yang lalu." "Oh gitu, bentar saya tanya ke tata usaha ya," balas bu Ani."baik bu," jawab murid murid lagi.

Setelah beberapa lama, ternyata pak Seto terkena COVID 19, namun bergejala ringan. murid murid khawatir karena pada saat rapat guru, pak seto duduk di bangku murid, yaitu bangku nomor 12 sebelahnya Saka. Biasanya rapat diadakan di ruang guru, tapi karena sedang direnovasi, rapat dan pertemuan guru harus bertempat di kelas kelas siswa setelah sekolah selesai. Salah siswa teman Saka bilang " Lalu pelajaran Bahasa Indonesia diganti oleh pengajar dari kelas 8. Sekolah, yang hanya sampai jam 12 siang pun selesai. semua murid meninggalkan kelas dan pulang. Saka menggendong tasnya yang ditaruh di bangku nomor 12, dan menggaruk gatal di hidungnya, lalu menunggu dijemput dengan mobil pribadi.

Esoknya yaitu hari Jumat, sekolah ditiadakan. Saka dan semua siswa-siswi lainnya dihimbau untuk melaksanakan tes swab dan antigen, serta PJJ ditiadakan. Saka pun pergi ke fasilitas tes COVID di dekat rumah bersama ibunya. Selama menunggu hasil tesnya Saka bercakap cakap handphone dengan Andhika. "Halo, kamu masih tes ya?" tanya Andhika. "Iya, lagi nunggu hasilnya nih, agak lama karena banyak yang antre," balas Saka."Kamu tesnya dimana?" tanya Andhika lagi. "Oh, ini ada tempat di dekat rumah," Jawab Saka. "oke, ini hasilnya udah mau keluar ya, daah" timpalnya."dadaah" balas Andhika.

berselang 20 menit, hasilnya keluar. saka positif COVID 19, Untunglah ibu Saka negatif. Saka dan ibunya bingung dan berpikir-pikir. "Kenapa aku bisa kena ya bu ?," tanya Saka. Ibunya menjawab "Paling mungkin sih kamu kenanya di sekolah. Saka ada di dekat orang yang tertular tidak?" perkataan itu memicu ingatan Saka. "Oh aku tahu bu, pasti Saka dapat virusnya dari kursi yang diduduki pak Seto, guru di sekolah yang juga tertular!" kata Saka dengan cepat. "Ooh, yasudah, sekarang kamu harus isolasi mandiri ya" ucap ibunya.

Sesampainya di rumah, Saka langsung mandi di kamar mandi ruang tamu, memakai baju rumah, dan tidur di kamarnya. Di handphonenya ia menerima pesan. Pesan itu dari Andhika, yang berbunyi "Halooo, gimana tesnya?" "Negatif ?" Saka membalas dengan pesan "Aku positif !" "tapi untungnya, aku orang tanpa atau belum ada gejala." Andhika terkaget dan mengetik "Waduh, hati hati ya jangan sampai menulari orang lain, terutama ibu kamu" dan menimpali "walau tanpa gejala tapi tetap minum obat ya, dan makan yang banyak!" Saka membalas "oke, sipp"

Hari Jumat itu diisi oleh Saka berada didalam kamarnya, entah itu menonton TV, belajar untuk PAS Senin mendatang atau makan makanan yang yang disediakan ibunya lewat pintu. Begitu juga dengan hari Sabtu dan Minggu. Saka tentunya terus berbalas pesan dengan Andhika.

Resolusi

PAS pun dimulai. Karena sekolah masih dalam tahap renovasi dan disinfektasi, semua murid melaksanakan PAS secara daring. Hari pertama mata pelajarannya adalah Olahraga dan IPS. Saka dan teman teman mengerjakannya lewat aplikasi yang disediakan sekolah. Namun pada hari itu, Saka merasakan gejalanya yang pertama. Ia merasa pusing dan suhu badannya tinggi. Walau begitu ia berhasil menyelesaikan hari pertama dengan lancar. Ibunya pun mulai memberi tambahan obat.

Sudah tiga hari PAS saka lewati. Tubuhnya berjuang dengan sekuat tenaga, memanaskan tubuhnya sampai lebih dari 38 derajat Celcius. Tak jarang juga ia menerima pesan pesan dari Andhika, Bu Ani yang baru sembuh dan teman teman lain di kelasnya seperti "Semoga cepat sembuh ya Saka," atau "Tetap semangat ya Saka."

Tapi, berangsur-angsur, Saka mulai sembuh. Derajat demi derajat tubuhnya kembali normal. Berbagai gejala seperti pusing dan sakit tenggorokannya sudah hilang. Menjelang hari kelima dari PAS, ia sudah bisa berjalan tanpa pusing. PAS sudah diselesaikannya dengan nilai yang memuaskan, hingga pada hari Minggu, ia melaksanakan tes antigen dan swab lagi. 

Dan hasilnya adalah.... Saka sudah negatif dari COVID 19. Ia, ibunya dan teman temannya bersyukur atas kesembuhannya. Mulai saat ini Saka berjanji tidak akan ceroboh lagi, serta menghargai nikmat sehatnya.

tamat


 







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Costumes dan Glide dalam Aplikasi Coding Scratch

Mail Merging di Word